MORAL
(Antara tuntunan atau tontonan)
Rakyat dari pada
satu bangsa akan merasa kebingungan karena krisis ekonomi yang melanda satu
contoh di Indonesia, ungkapan kekecewaan pada pemerintah atas melonjaknya harga
BBM yang berimbas pada melambungnya harga sembako, rakyat Indonesia meluapkan
unek-uneknya dengan jalan berdemo, karena mereka menghawatirkan prospek masa
depan anak generasi bangsa yang siap menghadapi putus sekolah karena faktor
ekonomi
Namun tidak demikian dengan masalah krisis yang sangat
krusial yang menyangkut masa depan generasi bangsa yaitu krisis moral yang
melanda anak-anak bangsa, karena bagaimanapun keberadaan generasi kemarin
merupakan calon pemimpin masa sekarang
dan generasi sekarang merupakan calon pemimpin esok dan seterusnya, searah
dengan sebuah pepatah : سبان
اليوم رجال الغد
” pemuda hari sekarang adalah calon pemimpin masa depan “ mereka para orang tua hanya bisa berpangku tangan menyaksikan dekadensi moral yang semakin merajalela, mewabah pada semua kalangan pemuda mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Mulai dari yang bergelimang harta kekayaan sampai pada orang yang berselimutkan selaksa kesengsaraan. Bahkan kebobrokan moral mulai menjadi tabiat kalangan anak muda dewasa ini. Padahal krisis nilai-nilai manusiawi jauh seperti ini lebih berbahaya kalau tidak segera di antisipasi. Pada gilirannya, lambat atau cepat, akan menyeret manusia kelembah yang hina dina, ketingkat martabat hewani, bahkan mungkin lebih rendah lagi, bahkan pada sebuah kehancuran uang komprehensif, ; sejalan dengan sebuah maqolah : إن فى يد الفتى أمر الأمة “ Sesungguhnya di tangan para pemudalah urusan ummat “.
” pemuda hari sekarang adalah calon pemimpin masa depan “ mereka para orang tua hanya bisa berpangku tangan menyaksikan dekadensi moral yang semakin merajalela, mewabah pada semua kalangan pemuda mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Mulai dari yang bergelimang harta kekayaan sampai pada orang yang berselimutkan selaksa kesengsaraan. Bahkan kebobrokan moral mulai menjadi tabiat kalangan anak muda dewasa ini. Padahal krisis nilai-nilai manusiawi jauh seperti ini lebih berbahaya kalau tidak segera di antisipasi. Pada gilirannya, lambat atau cepat, akan menyeret manusia kelembah yang hina dina, ketingkat martabat hewani, bahkan mungkin lebih rendah lagi, bahkan pada sebuah kehancuran uang komprehensif, ; sejalan dengan sebuah maqolah : إن فى يد الفتى أمر الأمة “ Sesungguhnya di tangan para pemudalah urusan ummat “.
Moral adalah fondasi dari segala
galanya, moral juga biang dari segala keangkaramurkaan. Sudah sering kita baca
dan kita dengar baik melalui media cetak maupun elektronik menjamurnya perampokan, pencurian pemerkosaan dan tindak
kriminal lainnya. Semua terjadi disebabkan “moral telah terabaikan”. Perampokan
maupun pencurian tidak dapat di salahkan tetapi harus melihat hukum kausa
(sebab akibat) karena yang kaya tidak mau tahu nasib si miskin sehingga enggan
menafkahkan hartanya di jalan Allah dan si miskin tidak lapang dada terhadap
apa yang di qodratkan oleh Allah yang berakibat pada kecemburuan sosial.
Kendatipun secara hukum agama dan negara sama-sama tidak memperbolehkannya.
Sebagai refleksi pada diri kita sebagai kaum muslimin
mencoba mengenang sejarah kehidupan kaum
muslimin terdahulu yang mereka menjadi pemilik kemuliaan, keagungan,
keberanian, dan kehebatan serta kekuatan, maka sebuah pertanyan akan muncul pada
diri amsing-masing ; mengapa bisa demikian ? tentu jawabannya, karena meraka
selalu mengedepankan moral dari pada syahwat. Akan tetapi ketika kita melihat
keberadaan kaum muslimin dewasa ini mereka berada dalam keadaan yang sangat
rendah dan hina serta serasa termalginalkan, penuh kesengsaraan tidak bersifat
amanah dan tidak mempunyai kekuasaan maupun kekuatan, tidak lagi memiliki
kultur Islami yang merupakan nilai orsinalitas seorang muslim. Keburukan
menjadi rahasia umum sementara kebaikan dan kejayaan serasa tak kunjung bersua.
Ironisnya, mereka merasa tenang dalam
keadaan seperti ini dan tak ada beban kerisauan melihat kondisi tersebut.Tidak cukup sampai di situ banyak
sekali ajaran-ajaran Islam yang di selewengkan tanpa mempedulikan kesakralan
dan kesucian ajaran Islam hanya demi secuil materi. Bahkan syariat yang suci
ini layaknya daun pisang di pinggir jalan ketika hujan turun mereka
menggunakannya dan ketika sudah reda mereka mencampakkannya. Begitulah potret
keberadaan kaum muslimin pada abad ini. Sungguh mengherankan, kaum yang sudah
kenyang dengan keduniaan mengapa sekarang mereka masih haus? Kalaupun mereka
telah mempelajari adab dan etika Islam tetapi mengapa kontek yang terjadi di
lapangan, adab dan etika sangat di nisbikan? Tentunya dengan sebuah jawaban:
mereka telah mengabaikan norma-norma moral yang semestinya di junjung tinggi,
serta di aplikasikan juga dipertahankan keorsinilannya. Banyak para intelektual
dan budayawan muslim telah memikirkan hal ini dan mencoba dengan berbagai
metode dan metodologi untuk memperbaiki keadaan ini, akan tetapi penyakit
amoral malah semakin akut dan parah. Kitapun hanya berdiam diri menutup mata
dan tidak berusaha mencari solusinya. Dan hal ini merupakan suatu keteledoran
besar. Maka sebagai kontribusi pemikiran
kita pada problematika yeng terjadi, sudah saatnya bagi kita untuk mulai
introspeksi dan retrospeksi dalam memulai langkah dan mem-paradigma-kan masalah
ini. Maka melalui tulisan ini, penulis mengajak pembaca men-tafakkur-kan
langkah-langkah dibawah ini :
Langkah pertama
untuk menanggulanginya, manusia harus sadar bahwa dirinya adalah satu-satunya
hamba Allah yang di tugasi untuk menjunjung tinggi titah-Nya dan menjadikan
syariat untuk jalan hidupnya. Dan agama merupakan satu-satunya alternatif untuk
bisa menyelesaikan segala problematika yang terjadi saat ini. Islam dengan
keuniversalannya adalah merupakan agama yang fitrah, yang merupakan pedoman dan
tuntunan peri kehidupan, Islam telah meletakkan dasar nilai-nilai yang
prinsipil dalam kehidupan umat manusia, agar manusia tidak sesat. Dalam Islam
telah di bentangkan jalan yang terang dan lurus agar manusia dapat mengikutinya
dengan penuh tanggung jawab. Oleh karenanya Islam telah menetapkan dengan jelas
tentang tujuan hidup manusia, sebagaimana tujuan hidup vertikal yaitu menuju
keridhan Ilahi. Tujuan menuju keridlaan Ilahi adalah merupakan tujuan akhir (ultimate
goal).
Selaras dengan fiman Allah ومن الناس من يشري نفسه ابتغاء مرضات الله والله رؤوف بالعباد Artinya: Dan di antara
manusia ada orang yang mengurbankan dirinya karena mencari keridaan Allah dan
Allah maha penyantun pada hamba-hambanya (Q.S. al-Baqoroh 207)
Ayat di atas berorientasi pada tujuan
hidup vertikal, sedangkan yang menjadi sentralisasi adalah Allah SWT Rabbul
‘Alamien. Setelah kita mendapatkan titik terang dari maksud tujuan hidup, maka
selayaknya kita bermoral pada Allah sebagai sentralisasi kehidupan kita dan
bermoral pada diri kita sendiri sebagai pelaku kehidupan serta bermoral pada
lingkungan sekitar kita sebagai pendukung sukses kelangsungan hidup kita mulai
dari alam fana ini sampai alam nan kekal abadi. Janganlah sekali-kali
mengabaikan pentingnya bermoral karena yang demikian akan merugikan diri
sendiri.
Maka kita sebagai orang muslim di tuntut
untuk berusaha memprioritaskan moral walaupun harus berkorban apa saja baik
berupa harta, pangkat, jabatan, pikiran atau tenaga bahkan nyawa sekalipun jika
di maksudkan sebagai pengabdian kepada Allah SWT dan menjunjung hak kesamaan
ummat Islam dapat terwujud, maka kita harus melakukannya sepanjang di dasari
keikhlasan niat semata-mata mengharap ridla dari Allh SWT, hal demikian pasti tak akan sia-sia di sisinya sesuai
dengan firmannya ان الله اشترى من المؤمنين
انفسهم واموالهم بأن لهم الجنة sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (Q.S. At-Taubah 111)
Perjuangan yang kita lakukan harus di
dasari ikhlas semata mencari ridla Allah SWT pengorbanan kita harus ikhlas
karenanya dengan menyerahkan kemerdekaan pribadi untuk kepentingan dan
kebahagiaan bersama. Dan apabila suatu hajat kita dapatkan dengan pengorbanan
maka nilai cinta kita pada sesuatu tersebut pasti jadi sangat tinggi, sehingga
dalam berinteraksi dengan alam sekitar kalau didasari cinta kasih yang diperoleh
dari sikap moralitas kita sehari-hari menjadi nyaman dan damai walaupun kita
datang dari berbagai suku, bahasa, dan warna kulit yang berbeda, kedudukan dan
setatus sosial yang tak sama. Semoga seluruh keluaga kita, komponen masyarakat
serta kaum muslimin dan muslimat kembali pada masa-masa kejayaannya sehingga
selamat dari siksa neraka jahannam. Mari kita aplikasikan tekad dan perjuangan
kita dengan pengibaran panji-panji kebesaran Islam. Semoga.!