Headlines News :
Home » » MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF

MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF

Written By SMK AL HAMIDY BANYUANYAR on Jumat, 21 Maret 2014 | 01.19.00


MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF
 Pendahuluan Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh (Joyce, Weil, dan Shower. 1992). Misalnya, problem-based model of instruction (model pembelajaran berdasarkan masalah) meliputi kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama, siswa seringkali menggunakan berbagai macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus: (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana/berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang kondusif. Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, atau praktek mengawasi siswa. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutan), dan sifat lingkungan belajarnya. Suatu pola urutan (sintaks) dari suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran, menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa, urutan kegiatan-kegioatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Meskipun sintaks dari berbagai macam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama. Namun setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar pembelajaran lainnya berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Pengelompokan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran Joyce, Weil, dan Showers (1992) menggolongkan model - model pembelajaran ke dalam empat rumpun, sebagai berikut. 1. Rumpun Model-Model Pengolahan Informasi Model pembelajaran rumpun berfokus dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, dan mencari solusinya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pengolahan informasi adalah seperti pada tabel 1. Tabel 1. Model-Model Pembelajaran Pengolahan Informasi No Model Pembelajaran Misi/Tujuan/ Manfaat 1 Berpikir Induktif (Inductive Thinking) Pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akadenik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. 2 Latihan Inkuiri (Inquiry Training) Dirancang untuk melibatkan siswa berpikir sebab-akibat dan melatih mengajukan pertanyaan secara lancar dan tepat. 3 Perolehan Konsep (Concept Attainment) Dirancang baik untuk mengajarkan/pembentukan konsep dan membantu siswa menjadi lebih efektif dalam belajar konsep (kemampuan berpikir induktif) 4 Strategi Mengingat/Menerima Informasi(Mnemonic) Membantu guru dalam menyajikan bahan pelajaran dan cara-cara membantu siswa secara individu dan kooperatif dalam mempelajari informasi atau konsep. 5 Perkembangan Kognitif (Cognitive Development) Dirancang untuk pembentukan kemampuan berikir intelektual, khususnya berpikir logis. Meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral. 6 Advance Organizer Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi dalam kapasitas untuk membentuk dan menghubungkan dengan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang telah ada. 7 Synectics Dirancang untuk membantu siswa “break set” dalam kegiatan pemecahan masalah dan menulis untuk memperoleh pandangan baru terhadap suatu topik berdasarkan banyak hal dari lapangan. 2. Rumpun Model-Model Pribadi/Individual Model pembelajaran Individual menekankan pada pengembangan pribadi. Model ini menekankan pada proses membangun /mengkonstruksi dan mengorganisasi realiata, yang memandang manusia sebagai pembuat makna dan seringkali memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus model pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan untuk melihat diri sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 2. Tabel 2. Model-Model Pembelajaran Personal No Model Pembelajaran Misi/Tujuan/ Manfaat 1 Pembelajaran Non-Directif (Nondirective Teaching) Model ini menekankan pada kemitraan antara siswa dan guru. Guru berusaha membantu siswa memahami perannya dalam pendidikan mereka sendiri. Model ini juga menekankan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri Sehingga terbentuk konsep diri. 2 Latihan Kesadaran Meningkatkan kemampuan seseorang dalam menjajagi/mengeksplorasi dan menyadari pemahaman diri sendiri. 3 Sistem Konseptual Dirancang untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas. 4 Pertemuan Kelas Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosialnya. 3. Rumpun Model-Model Sosial Model pembelajaran sosial dirancang untuk mengambil keuntungan dari fenomena ini, yaitu dengan cara membangun masyarakat belajar. Model pembelajaran sosial menggabungkan antara belajar dan masyarakat. Kedudukan belajar/pembelajaran adalah bahwa perilaku kooperatif tidak hanya merupakan pemberi semangat sosial, tetapi juga intelektual. Sebaliknya tugas-tugas yang sering dilakukan dalam kehidupan sosial dapat dirancang untuk meningkatkan belajar. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun sosial adalah seperti tercantum dalam tabel 3. Tabel 3. Model-Model Pembelajaran Sosial No Model Pembelajaran Misi/Tujuan/ Manfaat 1 Pasangan dalam Belajar/Kerja kelompok (Patners in Learning) Model ini dirancang untuk memberikan bimbingan kepada siswa untuk mendefinisikan/menemukan masalah, menggali berbagai pandangan terhadap masalah, dan belajar bersama untuk menemukan informasi, ide, dan keterampilan yang secara simultan mengembangkan kompetensi sosial. 2 Jurisprudential Dirancang untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka acuan / cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum manusia) 3 Bermain Peran (Role Playing) Dirancang untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu. Bermain peran juga membantu siswa mengumpulkan dan menata informasi mengenai isu-isu sosial, mengembangkan rasa empati kepada teman, dan mengembangkan keterampilan sosial siswa. 4. Rumpun Model-Model Perilaku Semua model pembelajaran perilaku didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar perilaku, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Jenis model pembelajaran perilaku seperti tercantum pada tabel 4. Tabel 4. Model-Model Pembelajaran Perilaku No Model Pembelajaran Misi/Tujuan/ Manfaat/Tokoh 1 Mastery learning, Direct instruction dan Social Learning Theory Model ini karakteristiknya hampir sama dengan model pembelajaran Skinner. Pertama, bahan-bahan yang akan dipelajari siswa dipecahkan ke dalam unit-unit yang sederhana hingga kompleks. Bahan untuk siswa umumnya dipelajari secara individual melalui berbagai media. 2 Self Control Model pembelajaran ini mengandalkan pada bagaimna siswa harus berperilaku dan siswa belajar dari dampak perilaku tersebut, serta mengandalikan lingkungannya sehingga perilaku tersebut dapat produktif. 3 Training and Self Training: Leaning from Simulations Model ini menggunakan prinsip-prinsip Cybernetic (cabang psikologi). Menurut prinsip ini, semua perilaku manusia melibatkan suatu pola gerak yang tampak. Perilaku tersebut meliputi perilaku yang tidak terlihat, seperti berpikir dan perilaku yang tampak. Dalam situasi tertentu, individu akan memodifikasi perilakunya sesuai dengan masukan yang mereka terima dari lingkungan. Mereka akan menata perilakunya dan pola-pola responnya sesuai dengan masukan-masukan dari lingkungan. Peran guru dalam model ini sebagai fasilitator dan melalui simulasi siswa, guru hendaknya mempertahankan perannya sebagai pendukung sikap-sikap siswa yang diperankannya. 4 The Conditioning of Learning Model ini mengasumsikan kegiatan siswa akan tampak dari proses belajar. Model ini menekankan pada hasil belajar apa yang diharapkan dari tugas/fungsi pembelajaran oleh guru. Berikut ini disajikan model pembelajaran yang umum dan sering dilakukan oleh guru dalam praktik pembelajaran di kelas dan beberapa model pembelajaran yang relatif baru yang lagi “naik daun” di Indonesia dalam praktik pembelajaran di kelas yang sengaja diperkenalkan pada kesempatan ini. Model-model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif, dan mengembangkan keterampilan belajar. Pembelajaran langsung yang terfokus pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial. Model ini dirancang secara khsus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan menjelaskan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam kehidupan nyata. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pembelajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana, tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Hal tersebut berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik. 2. Belajar Secara Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar manusia. Secara ringkas tujuan pembelajaran kooperatif dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial. Terdapat enam fase utama di dalam model pembelajaran secara kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan suatu strutur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Di samping unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna dalam membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan membantu teman. 3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) Model pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Pendekatan kontemporer pada pembelajaran berdasarkan masalah bertumpu pada psikologi kognitif dan paradigma kontruktivistik tentang belajar. Sintaks PBM melipiti lima fase utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut mungkin dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Sistem manajemen pada PBM dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses membantu siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman secara intektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBM yang terstruktur dan dapat diprediksi, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Penekanan peranan sentral pada siswa dan bukan guru menjadi ciri khas. 4. Pembelajaran Diskusi Kelas Diskusi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya dialog. Sintaks diskusi berbeda dengan sintaks model pembelajaran yang lain. Diskusi merupakan komunikasi dimana khalayak berbicara dengan orang lain, saling membagi gagasan dan pendapat. Diskusi digunakan oleh guru untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran (Arends, 1977) berikut ini: diskusi memperbaiki pemikiran siswa dan membantu mereka menyusun pemahaman materi akademis; mendorong keterlibatan dan keikutsertaan siswa-memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengutarakan ide-ide mereka sendiri, pembicaraan di kelas; dan membantu siswa belajar keterampilan komunikasi dan proses berpikir. Sintaks pembelajaran diskusi terdiri atas lima tahap yaitu dimulai dengan guru menyampaikan TPK dan membangkitkan motivasi; memfokuskan diskusi; menyelenggarakan diskusi; mengakhiri diskusi; dan mengikhtisarkan diskusi. Salah satu aspek diskusi adalah kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan kognitif, menghubungkan dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial dalam belajar, dan dapat digunakan meningkatkan lingkungan sosial yang positif di kelas. 5. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model) Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Karplus dalam proyek SCIS (Science Curriculum Inprovement Study) tahun 1970-an di Amerika Serikat. Model pembelajaran ini terdiri atas tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: eksplorasi  pengenalan konsep  aplikasi konsep. Fase-1 (Eksplorasi), pada fase ini siswa secara langsung diberi kesempatan menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami fenomena alam, dan mengkomunikasikannya pada orang lain. Fase ke-2 (Pengenalan Konsep), pada fase ini guru mengontrol langsung pengembangan konsep yang dilakukan siswa dan membantu dalam mengidentifikasikan konsep serta menghubungkan antar konsep yang telah mereka dapat. Fase ke-3 (Aplikasi Konsep), pada fase ini siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep sains dalam konteks kehidupan sehari-hari atau disiplin ilmu lain dan selanjutnya menerapkan konsep pada situasi baru. 6. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat ( Science Technology and Society (STS)) Model pembelajaran STS dikembangkan oleh Robert R. Yager dan kawan-kawannya pada tahu 1983 di University of Iowa, Iowa, USA yang bekerja sama dengan banyak guru. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengajar untuk mencapai lima tujuan pembelajaran sains, meliputi ranah (domain) konsep, proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap. Domain konsep, menitikberatkan pada muatan sainsnya, yang meliputi fakta-fakta, prinsip-prinsip, penjelasan-penjelasan, teori-teori, dan hukum-hukum. Domain proses, memfokuskan pada bagaimana proses siswa memperoleh pengetahuan seperti yang dilakukan oleh para saintis. Domain ini meliputi proses-proses yang sering dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA. Domain aplikasi, menekankan pada penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan dalam memecahkan masalah sehari-hari, misalnya menggunakan proses-proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Domain kreativitas terdiri atas interaksi yang kompleks dari keterampilan-keterampilan dan proses-proses mental. Dalam konteks ini, kreativitas terdiri atas empat langkah yaitu, tantangan terhadap imajinasi, inkubasi, kreasi fisik, dan evaluasi. Domain sikap meliputi pengembangan sikap-sikap positif terhadap sains pada umumnya, kelas sains, program sains, kegunaan belajar sains, dan guru sains, serta sikap positif terhadap diri sendiri. Menurut R.E Yager sintaks pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat ini terdiri atas empat langkah, yaitu: invitasi  eksplorasi  pengajuan penjelasan dan solusi  menentukan langkah. Tahap Invitasi, pada tahap ini guru merangsang siswa mengingat atau menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui baik dari media cetak maupun elektronik yang berkitan dengan topik. Selanjutnya siswa merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya. Peran guru sangat diperlukan untuk menghaluskan rumusan masalah yang diajukan siswa dan mengacu pada sumber belajar. Guru dan siswa mengidentifikasi bersama mengenai masalah atau pertanyaan atau jawaban sementara yang paling mungkin dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan dan alokasi waktu pembelajaran serta topik yang dipelajari. Tahap Eksplorasi, kegiatan yang dilakukan siswa merupakan upaya untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat dengan mencari data dari berbagai sumber belajar. Hasil yang diperoleh siswa hendaknya berupa suatu analisis dari data yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan siswa dapat mengacu kepada LKS yang telah ada untuk topik yang dipelajari atau dapat juga mengembangkan sendiri. Kegiatan siswa dapat berlangsung dimana saja yang diperkirakan memungkinkan dilakukan oleh siswa. Kegiatan siswa di antaranya dapat berupa urun pendapat, mencari informasi, bereksperimen, mengobservasi fenomena khusus, mendesain model, dan mendiskusikan pemecahan masalah. Tahap Penjelasan dan Solusi, siswa diajak untuk mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh dari analisis informasi yang diperoleh, menyusun suatu model, memberikan penjelasan (baru), meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh, dan menentukan beberapa solusi.Guru membimbing siswa untuk memadukan konsep yang dihasilkan dengan konsep yang dianut oleh para ahli sains. Guru hendaknya menghaluskan atau meluruskan konsep siswa yang belum tepat. Tahap Penentuan Tindakan, siswa diajak untuk membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan penguasaan konsep sains dan keterampilan yang dimiliki untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, baik sebagai pribadi / anggota masyarakat. Siswa juga diharapkan merumuskan pertanyaan lanjutan dengan ditemukannya suatu penjelasan terhadap fenomena alam (konsep sains), dan juga mengadakan pendekatan dengan berbagai unsur untuk meminimalisir dampak negatif suatu hal atau yang merupakan tindakan positif suatu masyarakat.. Kegiatan siswa di antaranya dapat berupa kegiatan pengambilan keputusan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, membagi informasi dan gagasan, serta mengajukan pertanyaan baru. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir siswa (terutama kelompok rendah) dalam memahami isu-isu sains dan teknologi yang berkembang di kehidupan riil terdapat hubungan secara signifikan setelah diberikan model pembelajaran STS. Artinya bahwa kemampuan berpikir implementasi sains dan teknologi dalam kehidupan nyata siswa dapat meningkat (Syukri, 2000). 7. Model Pembelajaran Sains Berbasis Etika Model pembelajaran ini berkembang pada tahun 1970-an di beberapa negara barat yang didasarkan atas adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di masyarakat yang tidak dapat diimbangi dengan perkembangan nilai-nilai etika dan moral di masyarakat. Akibatnya di kalangan para ahli sains dan masyarakat terjadi kesenjangan pemahaman terhadap nilai-nilai etika dan moral kemasyarakatan (Macer, 1995) Model pembelajaran yang dirancang para ahli diharapkan dapat menjembatani kesenjangan nilai-nilai etika dan moral tersebut dengan cara mengimplementasikan berbagai macam situasi riil dalam kehidupan sehari-hari tentang isu-isu sains yang berkaitan dengan etika dan moral di kelas sains maupun kelas non-sains. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir etika dan moral siswa dalam memahami isu-isu bioetika yang berkembang di kehidupan riil terdapat hubungan secara signifikan setelah diberikan model pembelajaran biologi berbasis etika. Artinya bahwa kemampuan berpikir etika dan moral siswa dapat meningkat secara bertahap menurut teori Kohlberg setelah diberi model pembelajaran tersebut (Margono, 2003). Model pembelajaran ini menekankan pada teori perkembangan kognitif dan teori sosial. Sintaks model pembelajaran ini terdiri dari empat tahapan sebagai berikut. a) Membuat peta konsekuensi. Tahap ini bertujuan untuk mendorong siswa mempertimbangkan seberapa jauh implikasi yang muncul dari permasalahan. b) Menganalisis keputusan untung–rugi. Tahap ini menekankan dua bentuk membuat keputusan yaitu secara normatif dan deskriptif. c) Menganalisis tindakan manusia dengan menggunakan pemikiran teori tujuan, hal, dan kewajiban. Tahap ini merupakan salah satu cara untuk memecahkan kesulitan dalam merumuskan hipotesis yang mendasari rangkaian tindakan yang diterima dan mengujinya. d) Menggunakan pertanyaan terpusat, bertujuan untuk mencari permasalahan etika dalam pembelajaran sains yang menuntut guru untuk memperkenalkan ide-ide dan cara baru bagaimana siswa berpikir. Penekanan mencari sumber-sumber belajar dari buku-buku terkait dengan topik, koran, media massa, majalah, internet, nara sumber yang berwenang, dan disertai aktivitas siswa dalam diskusi kelas untuk memutuskan isu-isu sains yang berbasis etika dan moral merupakan ciri khas dari model pembelajaran ini. STRATEGI PEMBELAJARAN. Selanjutnya pertanyaan yang lebih penting adalah bagaimana memilih strategi pembelajaran yang cocok dengan situasi setempat dan bagaimana strategi yang dimaksud dilaksanakan?. Berikut ini beberapa contoh strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan cara penerapannya. Design Pembelajaran Kurikulum 2006 1. Examples Non Examples Contoh Dapat Dari Kasus/Gambar Yang Relevan Dengan KD Langkah-langkah : 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 7. Kesimpulan 2. Picture and Picture Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Menyajikan materi sebagai pengantar 3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis 5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7. Kesimpulan/rangkuman 3. Membered Heads Together (Kepala Bernomor) (Spencer Kagan, 1992) Langkah-langkah : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 6. Kesimpulan 4. Cooperative Script (Dansereau cs., 1985) Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Langkah-langkah : 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengarPembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. 4. Sementara pendengar : 5. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap 6. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 7. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 8. Kesimpulan guru 9. Penutup 5. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Dari Number Heads) Langkah-langkah : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya 3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka 4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 5. Kesimpulan 6. Student Teams – Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995) Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 5. Memberi evaluasi 6. Kesimpulan 7. Jigsaw (Model Tim Ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978 Langkah-langkah : 1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi 8. Penutup 8. Problem Based Introduction (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah : 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 9. Artikulasi Langkah-langkah : 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 7. Kesimpulan/penutup 10. Mind Mapping (mengelompokkan) Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru 6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru 11. Make – a Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) Langkah-langkah : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup 12. Think Pair and Share (Berpikir Berpasangan dan Menyempaikan) (Frank Lyman, 1985 Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan 7. Penutup 13. Debate Langkah-langkah : 1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra 2. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas 3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi 5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap 6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai 14. Role Playing Langkah-langkah : 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan 7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum 10. Evaluasi 11. Penutup 14. Group Investigation( Sharan, 1992) Langkah-langkah : 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan 5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 7. Evaluasi 8. Penutup 15. Talking Stik Langkah-langkah : 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi 7. Penutup 15. Bertukar Pasangan Langkah-langkah : 1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya 2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 3. Setelah selesai setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain 4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka 5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula 16. Snowball Throwing Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7. Evaluasi 8. Penutup 17. Student Facilitator and Explaining Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya 4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa 5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 6. Penutup 18. Course Review Horay Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab 4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa 5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar () dan salan diisi tanda silang (x) 6. Siswa yang sudah mendapat tanda  vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya 7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh 8. Penutup 19. Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) (Rosenshina & Stevens, 1986 Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangklah Langkah-langkah : 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan 3. Membimbing pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan 20. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Kooperatif terpadu membaca dan menulis (steven & slavin, 1995) Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5. Guru membuat kesimpulan bersama 6. Penutup 21. Inside – Outside - Circle Oleh: Spencer Kagan “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur” Langkah-langkah : 1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya Dengan berbagai design pembelajaran yang dimiliki oleh seorang guru diharapkan proses pembelajaran sebagai salah satu pendukung keberhasilan kurikulum 2004 dapat berlangsung dilapangan. Dengan terus melakukan inovasi – inovasi kreatif untuk melahirkan strategi yang pandang lebih efektif dan efisien. Bagaimanapun juga di pundak guru dunia pendidikan akan maju. Selamat berjuang DAFTAR PUSTAKA Arend, Richard, I. 1997. Classroom instruction and management. New York: Mc. Graw- Hill. Ibrahim, Muslimin., Fida Rachmadiarti., Muhamad Nur., Ismono. 2000. Pembelajaran kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press. Coribima, Duran. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Altenatif Implementasinya yang memberdayakan Penalaran. Makalah. Ibrahim, Muslimin., Muhamd Nur. 2000. Pembelajaran berdasarkan masalah. Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press. Joyce., B., & Weil, M. 1996. Models of teaching. Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall. Joyce., B., Weil, M., & Shower, B. 1992. Models of teaching (4 th ed). Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall. Kardi, Soeparman., Muhamad Nur. 2000a. Pengantar pada pembelajaran dan pengelolaan kelas. Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press. Kardi, Soeparman., Muhamad Nur. 2000b. Pembelajaran langsung. Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press. Macer, D. R. J. 2001. Bioethics for people by the people. Chrishchurch, N.Z: Eubios Ethics Institute. Margono, Dwi. 2000. Persepsi guru biologi SMU Negeri kotatif dan kabupaten Jember tentang perumusan ranah afektif. Hasil Penelitian. Tidak Dipublikasikan. Margono, Dwi. 2003. Pengembangan model pembelajaran bioetika untuk meningkatkan kemampuan berpikir moral siswa smu. Hasil Penelitian. Tidak Dipublikasikan. Margono, Dwi. 2003. Model-Model Pembelajaran, Makalah disajikan dalam Diklat Instruktur MGMP, Jember. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Remaja Rosdakarya. Slavin, R. 1997. Educational psychology theory and practice. New York: Allyn and Bacon. Susanto, Pudyo. 2003. Skenario Pembelajaran Kontekstual Bidang Studi IPA. Makalah. Syukri. 2000. Pegembangan Model Pembelajaran STS dalam Pembelajaran Ekosistem siswa Madrasah Aliyah. Hasil Penelitian. Tidak Dipublikasikan. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Oleh: Widayanto DISAJIKAN DALAM WORKSHOP MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF & PTK Di MTs NEGERI GRESIK 29-30 JUNI 2008
Share this article :
 
Support : Petotu - All Rights Reserved
Template Created by Mastemplate Proudly powered by Blogger