Perjuangan untuk mengembangkan Islam dan
menegakkan syariatnya adalah perjuangan yang suci yang tak mengenal batas akhir
serta tidak boleh terputus di tengah jalan. Untuk kelestarian perjuangan Islam
dewasa ini, maka pemudalah yang harus banyak ambil peranan untuk tampil ke
depan memegang tongkat estafet kepeloporan. Oleh karena pemuda yang hidup di
masa sekarang inilah yang paling banyak mempunyai kepentingan terhadap masa
depan Islam dan umat Islam.
Pemuda muslim dengan segala potensi yang
di milikinya hendaknya mampu mempersiapkan diri dengan konsep yang matang,
langkah yang mantap dan tekad yang bulat serta harus mau menata diri sendiri,
untuk kemudian tampil kedepan bergerak dan berjuang mengisi lembaran-lembaran
sejarah kehidupan ini. Ingat, bahwa sejarah itu ibarat
kertas yang putih dan
selamanya bejalan netral serta tidak memihak kepada satu bangsa atau golongan
tertentu, kecuali bangsa dan golongan itu mau berusaha untuk menaklukkan, agar
sejarah selalu berpihak pada kelompoknya. Atau dengan
kata lain, kitalah yang mengisi lembaran sejarah yang putih itu, agar menjadi untaian kata
yang indah dengan tulisan tinta emas, agar bisa di baca oleh generasi yang
akan datang.
Dengan demikian pemuda Muslim mempunyai
peranan yang amat penting dan menentukan dalam perjuangan Islam dewasa ini.
Memang tepat apa yang di katakan oleh Musthofa Al-Ghalayani, bahwa
sesungguhnya di tangan pemudalah terletak segala urusan bangsa, dan maju dan
mundurnya pemuda terletak pula kemajuan dan kemunduran bangsanya.
Menurut pengertian umum,
pemuda dapat di artikan sebagai manusia yang berusia muda. Akan
|
tetapi dari
segi biologis pemuda adalah mereka yang berusia antara 18-30 tahun, sehingga
sering kita dengar istilah tenaga muda misalnya, maka yang di maksud adalah
manusia-manusia muda yang masuk kategori usia 18-30 tahunan. Dan mana kala kita
tinjau dari segi ideologis politis, maka istilah pemuda akan selalu di kaitkan
sebagai calon pengganti generasi tua yang sudah di ambang senja. Dan di dalam al-Qur’an juga sedikitnya ada
sepuluh ayat yang langsung memakai istilah fataa (pemuda) dalam berbagai
kaitan peristiwa. Penyebutan istilah fataa sebagai kata mufrad, terdapat
dalam kisah Nabi Ibrohim as, Nabi Musa
dan Nabi Yusuf as dalam bentuk tastniah pada kisah Nabi Yusuf as (di
penjara), sedang dalam bentuk jamak pada kisah Ashabul Kahfi (pemuda
penghuni gua guna menyelamatkan Imannya). Dari itu masa muda memang mendapatkan
nilai tambah sehingga di kupas secara spesial. Masa muda dapat di sebut sebagai
masa strum and drang (masa taufan dan gelora). Hal ini di sebabkan kerena
banyaknya konflik yang terjadi, baik dalam dirinya sendiri maupun yang
berkaitan dengan lingkungannya. Pemuda tidak jarang mempunyai sifat berontak
kepada orang-orang tua dengan melanggar larangan-laragannya, sehingga timbullah
saling hilaf antara yang muda dengan yang tua-tua. Yang tua mengatakan bahwa
yang muda selalu bertindak semaunya sendiri, sebaliknya yang muda juga
mengatakan bahwa yang tua itu sudah terkesan konservatif, kuno, kolot,
ketinggalan zaman dan lain sebagainya.
Fenomena yang demikian ini sebenarnya
merupakan suatu proses yang wajar untuk menjadi manusia yang dewasa dan
sekaligus merupakan suatu proses pematangan diri, apakah dia mudah
terkontaminasi (terpengaruh) oleh lingkungannya, kemudian tumbuh menjadi pemuda
yang nakal dan selalu memberontak kepada lingkungannya yang di anggap tidak
cocok, ataukah dia mampu mewarnai lingkungan itu, sehingga dia menjadi pemuda
yang matang dan mampu mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang positif.
Pemuda, karena usianya yang
relatif masih muda secara individu mereka tidak mempunyai masa lalu yang
kompleks yang meliputi seluruh lingkungan di mana mereka hidup. Masa lalu
mereka adalah masa lalu kolektif yang terbatas pada lingkungan sekitar keluarga
atau kelompoknya saja. Oleh karena itulah, maka setelah mereka dapat
menyaksikan lingkungan yang semakin luas, pemuda selalu berpaling kemasa depan.
Bagi mereka masa lalu harus di serap dan di jadikan pelajaran, sedangkan masa
yang akan datang harus di tempuh dan di hadapi melalui sentuhan cita-cita yang
luhur dengan segala potensi yang di milikinya.
Oleh karena pemuda selalu menganggap
dirinya sebagai kelompok yang sangat berkepentingan dengan masa depan, maka
mereka akan berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang menempati
posisi kekuatan pembaharuan. Dengan demikian tidak jarang kita lihat aktivitas
dan kegiatan para pemuda yang mampu menghasilkan karya-karya yang positif bagi
bangsa dan negaranya. Namun tidak jarang pula kita jumpai hal-hal yang nigatif
dan kurang menguntungkan bagi masa depan yang disebabkan kerena pemuda tersebut
tidak acuh terhadap lingkungannya.
Oleh sebab itu
pemuda sebagai komponen (bagian) yang terpenting dalam masyarakat dan sekaligus
sebagai kekuatan pembaharu, di tuntut suatu kesadaran yang tinggi akan
posisinya. Kesadaran yang dimaksud di sini bertarti meyadari sepenuhnya akan
hakikat dirinya sebagai anggota masyarakat dan bagaimana mereka berinteraksi
dengan lingkungannya secara sadar dan terarah dengan segala kemampuan dan
kekuatan yang ada pada dirinya, seperti kekuatan spritual semangat yang
membara, idealisme yang tinggi dan segala macam angan-angan masa depan yang di
inginkannya.
Dengan kesadaran itulah, pemuda akan bisa
menempatkan dirinya sebagai insan pembaharu yang mampu untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik demi terujutnya ‘Izzul Islam wal Muslimin. Untuk
mengemban tugas yang mulia ini sangat di butuhkan pemuda-pemuda yang tangguh
yang dapat di andalkan untuk tampil sebagai pejuang yang ikhlas untuk Allah
semata, serta tidak mudah goyah oleh tipu daya dunia dan cobaan yang akan
menimpa dirinya. Pemuda yang demikian inilah yang kita sebut dengan “pemuda
idaman dalam Islam”. Lantas timbullah pertanyaan: siapakah yang pantas di
sebut dengan pemuda idaman dalam Islam dan bagai mana ciri-cirinya?
Untuk memenuhi jawaban dari pertanyaan
tersebut di atas, perlu di ketengahkan sedikitnya ada lima ciri dari pemuda
idaman dalam Islam yaitu, beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, berilmu
amaliah atau berpendidikan yang memadai, beramal ilmiyah bukan hanya pintar
berorasi, memiliki keterampilan (kreatifitas), dan memiliki idealisme (bisa
menerima dan menghayati ukuran moral dan keagamaan).
Kita sekalian
umat Islam, baik para Ulamanya, para Cendikiawannya, negarawannya, maha
sisiwanya dan juga para pemudanya harus siap untuk memberi jawaban yang tepat
atas segala tuntutan dan tantangan zaman sekarang. Untuk Islam harus mampu
memperkembangkan secara ilmiyah dan praktis pokok-pokok ajaran Islam di
tengah-tengah realitas kehidupan ini. Dan kita harus trampil untuk menerobos
kehidupan modern ini dengan obor tauhid yang kita miliki, serta kita harus
mampu pula merealisasikan dan mempraktekkan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari, agar dunia tahu bahwa Islam mampu mengatasi krisis yang melanda
dunia dewasa ini serta Islam juga mampu menyelesaikan problematika
(masalah-masalah) kemanusiaan secara tuntas dan sanggup menyelamatkan umat
manusia dari ambang kehancuran. Di samping itu kita harus merasa optimis bahwa
masa depan Islam dan umat Islam akan cukup terang dan mengembirakan, asal kita
menyadari sejak dini tentang situasi dan kondisi sejarah di mana kita sekarang
ini berada. Dan asal kita tetap berpegang teguh kepada ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist dengan di lengkapi oleh daya cipta dan
karya umat Islam sendiri yang berupa Ijma’ dan Analogi (qiyas) di segala
lapangan kehidupan, baik bidang politik dan ketatanegaraan, ekonomi, sosial,
budaya maupun bidang bidang lainya. Akhirnya, sekarang inilah saat yang paling
tepat bagi kita pemuda muslim untuk beramal sholeh dengan nyata demi kejayaan
Islam dan umat Islam dengan di sertai keyakinan yang kuat dan segala kemampuan
yang kita miliki, sebelum kita masuk kedalam jurang kenistaan. Bismillah,
mari kita mulai! Allahuakbar!